Berita

OCI Menjawab Dugaan Eksploitasi Eks Pemain Sirkus: Klarifikasi dan Sejarah

×

OCI Menjawab Dugaan Eksploitasi Eks Pemain Sirkus: Klarifikasi dan Sejarah

Sebarkan artikel ini
OCI Menjawab Dugaan Eksploitasi Eks Pemain Sirkus Klarifikasi dan Sejarah
OCI Menjawab Dugaan Eksploitasi Eks Pemain Sirkus Klarifikasi dan Sejarah

Berita Nasional – Dalam berita terbaru yang beredar, Oriental Circus Indonesia (OCI) akhirnya buka suara terkait dugaan eksploitasi yang melibatkan mantan pemain sirkusnya. Hal ini menjadi perhatian publik dan organisasi hak asasi manusia, seperti Komnas HAM, yang menuntut penjelasan lebih lanjut. Melalui pernyataan resmi yang disampaikan oleh pendiri OCI, Tony Sumampau, berbagai aspek sejarah dan kondisi sosial yang melatarbelakangi pembentukan OCI dibahas secara rinci.

Sejarah Pembentukan OCI

Tony Sumampau, yang juga menjabat sebagai Komisaris Taman Safari Indonesia, menceritakan bahwa OCI didirikan pada tahun 1966, pasca peristiwa G30S yang memicu ketegangan politik di Indonesia. Pada masa itu, kebutuhan hiburan bagi prajurit yang menjaga keamanan negara menjadi latar belakang utama pembentukan kelompok akrobatik ini. “ABRI waktu itu butuh hiburan. Kostrad punya band, kami punya tim akrobat,” ungkap Tony dalam jumpa pers di Jakarta.

Dari situ, OCI mulai berkeliling ke berbagai daerah dengan menggunakan pesawat Hercules, tampil di markas-markas militer, dan memberikan hiburan bagi para prajurit. Ini menjadi awal mula perjalanan panjang OCI dalam dunia hiburan sirkus di Indonesia.

Merekrut Anak-Anak dari Panti Asuhan

Seiring dengan perkembangan OCI, Tony menjelaskan bahwa mereka mulai merekrut anak-anak dari panti asuhan di Kalijodo, Jakarta Utara. “Anak-anak itu dari bayi dibesarkan, usia 6-7 tahun baru diajak bergabung dan mulai berlatih di sirkus,” jelasnya. Langkah ini diambil dengan harapan memberikan kesempatan kepada anak-anak dari latar belakang kurang mampu untuk mendapatkan pelatihan dan pengalaman berharga dalam seni pertunjukan.

Namun, langkah ini tidak lepas dari kontroversi. Banyak pihak mempertanyakan kondisi kehidupan dan pelatihan yang diberikan kepada anak-anak tersebut selama berlatih di OCI.

Kritik Terhadap Metode Pendisiplinan

Dalam pernyataan yang disampaikan, Tony juga mengakui bahwa metode pendisiplinan yang diterapkan pada era 70-an dan 80-an terbilang keras. “Tahun 70-80-an itu, memang ada tindakan disiplin untuk mendisiplinkan anak-anak,” ujarnya. Menurutnya, metode tersebut adalah cerminan dari kultur sosial pada masa itu, di mana disiplin dianggap penting dalam pendidikan.

“Bukan hanya di sirkus, di rumah dan sekolah pun kita mengalami hal yang sama. Dipukul pakai rotan oleh guru adalah hal yang biasa pada masa itu,” tambahnya. Pernyataan ini menuai kritik dari berbagai kalangan, yang menilai bahwa tindakan kekerasan dalam pendidikan tidak dapat dibenarkan.

Dugaan Eksploitasi dan Respon OCI

Dugaan eksploitasi yang dialamatkan kepada OCI datang dari mantan pemain sirkus yang merasa diperlakukan tidak adil selama masa pelatihan dan pertunjukan. Mereka mengklaim bahwa ada praktik yang merugikan mereka secara fisik maupun mental. Dalam menanggapi hal ini, OCI berusaha untuk membantah tuduhan tersebut. Tony menegaskan bahwa semua tindakan yang diambil adalah dalam konteks pendidikan dan pembinaan.

“Di luar sirkus pun, banyak yang mengalami hal serupa. Itu adalah bagian dari budaya pendidikan pada waktu itu,” tegasnya. Meski demikian, OCI berkomitmen untuk melakukan evaluasi terhadap metode pelatihan yang diterapkan saat ini, agar lebih sesuai dengan nilai-nilai hak asasi manusia.

Peran Komnas HAM dan Tindakan Hukum

Menanggapi dugaan eksploitasi ini, Komnas HAM telah meminta agar masalah ini diselesaikan secara hukum. Mereka mendorong pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan mendalam dan memastikan bahwa hak-hak mantan pemain sirkus dilindungi. Dalam konteks ini, OCI diharapkan untuk berkoordinasi dengan pihak berwenang dan berkomitmen pada transparansi dalam proses investigasi.

Klarifikasi dari OCI terkait dugaan eksploitasi eks pemain sirkusnya menyoroti pentingnya membahas isu-isu sensitif dalam konteks sejarah dan sosial. Meskipun Tony Sumampau menekankan bahwa metode pendisiplinan yang keras adalah bagian dari kultur pada masa itu, tantangan ke depan adalah bagaimana menyesuaikan praktik tersebut dengan nilai-nilai modern yang menghargai hak asasi manusia.

Perkembangan lebih lanjut dari kasus ini akan sangat menarik untuk diikuti, terutama dalam konteks bagaimana OCI akan beradaptasi dengan tuntutan zaman dan harapan masyarakat terhadap praktik yang lebih humanis dalam dunia sirkus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Link Scatter Mahjong Ways Link Scatter Mahjong Ways Link Scatter Mahjong Ways Link Scatter Mahjong Ways Link Scatter Mahjong Ways Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3

Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3 Slot Mahjong Ways 3

Rahasia dan Strategi Gacor dari Dragon Treasure.