Berita – Pada hari Kamis, 17 April 2025, cuaca ekstrem menyebabkan insiden tragis di perairan Kalimantan Barat (Kalbar), di mana tiga kapal, terdiri dari satu speedboat dan dua motor air, tenggelam dalam kejadian yang merenggut perhatian publik. Kejadian ini menyoroti pentingnya keselamatan di laut, terutama dalam kondisi cuaca buruk yang acapkali terjadi di wilayah tersebut.
Rincian Insiden
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Pontianak, I Made Junetra, mengkonfirmasi bahwa insiden tersebut terjadi di dua lokasi berbeda: perairan Padang Tikar di Kabupaten Kubu Raya dan Muara Jungkat di Kabupaten Mempawah. Berdasarkan laporan, sedikitnya 22 orang menjadi korban dalam dua insiden tersebut. Tim SAR gabungan, termasuk Basarnas dan BPBD, telah dikerahkan untuk melakukan pencarian di kedua lokasi tersebut.
Speedboat yang tenggelam di Padang Tikar dilaporkan membawa penumpang dari Pelabuhan Rasau Jaya menuju sebuah kapal tugboat yang sedang berlabuh. Di lokasi terpisah, dua motor air yang sedang berlayar dari Muara Kakap menuju Muara Jungkat juga mengalami nasib serupa. Cuaca yang tiba-tiba memburuk, disertai angin kencang dan gelombang tinggi, menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan tersebut.
Dampak Cuaca Ekstrem
I Made Junetra menjelaskan bahwa kondisi cuaca saat kejadian sangat tidak bersahabat, dengan ombak yang tinggi dan angin kencang yang melanda lokasi tersebut. “Kejadian ini seharusnya menjadi peringatan bagi para nelayan dan operator transportasi laut untuk selalu waspada terhadap kondisi cuaca yang bisa berubah secara tiba-tiba,” ujarnya.
Pihak berwenang telah mengimbau masyarakat, terutama para nelayan, untuk lebih berhati-hati dan mematuhi informasi cuaca sebelum berlayar. Cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dan badai, dapat meningkatkan risiko kecelakaan di laut, dan penting untuk selalu mengutamakan keselamatan.
Upaya Pencarian
Saat ini, pencarian terhadap satu korban yang masih hilang di Muara Jungkat terus dilakukan. Tim SAR telah bekerja keras sejak Kamis sore dan berharap dapat menemukan semua korban. “Kami berharap seluruh korban dapat segera ditemukan dan keluarga mereka mendapatkan kepastian,” kata Junetra.
Dari data yang ada, dari 15 penumpang speedboat, sepuluh orang berhasil berenang ke jermal (pondok penangkap ikan), sementara dua lainnya ditemukan selamat beberapa jam kemudian. Namun, masih ada tiga orang yang dalam pencarian. Dua dari korban selamat mengalami luka dan telah dievakuasi ke Puskesmas Padang Tikar untuk mendapatkan perawatan.
Kesaksian dan Reaksi
Alfian, Plt Camat Batu Ampar, memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai insiden tersebut. Ia mengatakan bahwa kapal sempat menepi di sebuah jermal sebelum melanjutkan perjalanan. “Ketika menyeberang, mendadak turun angin kencang dan gelombang besar menghantam speedboat. Meskipun sempat menepi, kapal memutuskan untuk melanjutkan perjalanan karena hujan tak kunjung berhenti,” tutur Alfian.
Kejadian ini juga menarik perhatian banyak pihak, termasuk para ahli keselamatan laut dan masyarakat luas, yang mendesak agar ada peningkatan dalam sistem peringatan dini untuk kondisi cuaca buruk. “Kita perlu lebih banyak edukasi tentang keselamatan di laut, terutama bagi mereka yang berlayar di perairan yang rawan cuaca ekstrem,” ungkap seorang pengamat maritim.
Insiden tenggelamnya tiga kapal di Kalimantan Barat menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan di laut, khususnya dalam menghadapi cuaca ekstrem. Dengan adanya pencarian yang terus dilakukan, harapan untuk menemukan korban yang hilang tetap ada. Masyarakat diimbau untuk selalu mematuhi informasi cuaca dan memprioritaskan keselamatan saat berlayar.
Kita semua berharap agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Kesadaran akan bahaya cuaca ekstrem dan langkah-langkah pencegahan yang tepat dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah tragedi di lautan.
