Berita – Pada bulan April 2025, lebih dari 500 visa mahasiswa asing, dosen, dan peneliti di Amerika Serikat dicabut secara tiba-tiba, menyulut kekhawatiran di kalangan komunitas internasional. Kasus ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai kebijakan imigrasi AS dan dampaknya terhadap mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di negara tersebut. Artikel ini akan membahas rincian kasus pencabutan visa, dampaknya, serta reaksi dari berbagai pihak.
Latar Belakang
Visa pelajar F-1 dan M-1 serta visa J-1 untuk program pertukaran akademik telah menjadi jembatan bagi banyak mahasiswa internasional untuk mengejar pendidikan tinggi di AS. Namun, situasi ini kini terancam oleh kebijakan baru yang mengarah pada pencabutan visa tanpa alasan yang jelas. Salah satu kasus yang menonjol adalah penahanan Kseniia Petrova, seorang peneliti dari Rusia, yang visanya dicabut setelah ia ditahan oleh pihak imigrasi hanya karena membawa embrio katak tanpa deklarasi.
Kasus Kseniia Petrova
Petrova, yang sedang menjalani penelitian di Harvard Medical School, kini mendekam di pusat tahanan imigrasi setelah visanya dicabut. Menurut pengacaranya, tindakan ini adalah “hukuman yang tidak sebanding” untuk kesalahan administratif. Namun, pihak Departemen Keamanan Dalam Negeri berargumen bahwa Petrova memiliki niat untuk menyelundupkan embrio tersebut, yang menjadi dasar pencabutan visanya.
Pencabutan Visa: Lebih dari Sekadar Kesalahan Administratif
Data menunjukkan bahwa lebih dari 525 visa telah dicabut sepanjang tahun ini, dengan sebagian besar merupakan visa pelajar. Pencabutan ini awalnya difokuskan pada individu yang diduga terlibat dengan organisasi teroris, namun kini mencakup banyak kasus yang tampaknya tidak beralasan. Xiaotian Liu, seorang mahasiswa dari Tiongkok, juga berjuang di pengadilan setelah visanya dicabut tanpa penjelasan yang memadai.
Reaksi dari Universitas
Beberapa universitas terkemuka, termasuk Stanford dan UCLA, mengeluhkan kurangnya komunikasi dari pihak imigrasi mengenai pencabutan visa mahasiswa mereka. Banyak dari mereka baru mengetahui tentang pencabutan ini setelah memeriksa sistem imigrasi secara mandiri, menimbulkan kecemasan di kalangan mahasiswa internasional yang merasa terancam deportasi.
Dampak terhadap Mahasiswa Internasional
Kekhawatiran yang melanda mahasiswa internasional di AS tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga finansial. Departemen Keamanan Dalam Negeri dapat mengenakan denda hingga $998 per hari bagi imigran yang tinggal secara ilegal setelah mendapat perintah deportasi. Ini menciptakan tekanan yang cukup besar, terutama bagi mahasiswa yang sudah berinvestasi banyak dalam pendidikan mereka di AS.
Kisah Jayson Ma
Jayson Ma, seorang mahasiswa asal Tiongkok di Carnegie Mellon University, mengetahui bahwa visanya dicabut setelah menerima telepon dari pihak kampus. Ia mengungkapkan rasa putus asa dan ketidakpastian yang dialaminya, merasa seolah-olah hidupnya tergantung pada keputusan yang tidak jelas.
Ketidakpastian dan Kecemasan
Situasi ini menciptakan ketidakpastian yang meluas di antara mahasiswa internasional. Bahkan warga negara yang telah dinaturalisasi pun merasa khawatir bahwa masalah kecil dalam riwayat hukum mereka dapat berpengaruh pada perjalanan mereka ke luar negeri. David Wilson, seorang pengacara imigrasi, menyoroti bahwa ketakutan ini membuat banyak orang merasa setiap interaksi dengan aparat dapat merusak hidup mereka di AS.
Pencabutan visa bagi lebih dari 500 mahasiswa asing di AS menandai perubahan signifikan dalam kebijakan imigrasi yang berpotensi memengaruhi ribuan individu. Dengan meningkatnya ketidakpastian dan kekhawatiran di kalangan komunitas internasional, penting bagi pihak berwenang untuk memberikan penjelasan yang jelas dan transparan mengenai kebijakan ini. Keberlanjutan pendidikan dan kehidupan mahasiswa internasional di AS sangat bergantung pada kejelasan dan keadilan dalam proses imigrasi.
Tindakan Selanjutnya
Mahasiswa yang terpengaruh oleh pencabutan visa ini disarankan untuk mencari bantuan hukum dan memahami hak-hak mereka. Selain itu, mereka perlu tetap waspada dan proaktif dalam mengawasi status visa mereka serta berkomunikasi dengan pihak universitas.
Dengan menjaga komunikasi yang baik antara mahasiswa, universitas, dan pihak imigrasi, diharapkan situasi ini bisa diselesaikan dengan lebih baik di masa depan.