Dunia Hiburan – Dalam industri musik digital yang semakin kompetitif, Spotify, salah satu platform streaming paling populer di dunia, menghadapi tantangan dalam mengelola biaya royalti. Baru-baru ini, laporan mengungkapkan bahwa Mereka menggunakan praktik kontroversial yang dikenal sebagai “artis hantu” untuk meminimalkan pembayaran royalti kepada musisi asli.
Apa itu ‘Artis Hantu’ dari Spotify?
Istilah “artis hantu” merujuk pada musisi atau penyanyi yang tidak diakui secara resmi, tetapi karyanya digunakan oleh platform seperti Spotify untuk mengisi daftar putar. Menurut laporan oleh Liz Pelly di Harper’s Magazine, Mereka mulai menggunakan praktik ini untuk meningkatkan margin keuntungan dengan memanfaatkan karya dari artis yang tidak terkenal atau tidak memiliki pengakuan luas.
Spotify dikenal dengan program yang disebut “Perfect Fit Content” (PFC) yang diperkenalkan kepada editor mereka pada tahun 2017. Dalam program ini, Mereka bermitra dengan perusahaan produksi yang sering kali berbasis di luar Amerika Serikat untuk menyediakan musik yang bisa diputar tanpa harus membayar royalti yang tinggi kepada artis terkenal.
Dampak Terhadap Musisi
Penggunaan artis hantu ini memiliki dampak signifikan terhadap musisi yang bekerja keras untuk menciptakan karya mereka. Dengan mengganti lagu-lagu dari artis terkenal dengan karya dari artis hantu, Spotify secara efektif mengurangi royalti yang dibayarkan kepada musisi resmi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas musik, yang merasa bahwa praktik ini tidak adil dan merugikan.
Seorang mantan karyawan Spotify mengungkapkan ketidaknyamanan mereka terhadap praktik ini, mengatakan bahwa mereka merasa tidak adil bagi musisi yang sejati. “Kami tidak suka bahwa artis yang biasanya menulis lagu pop digantikan oleh materi yang kurang berkualitas,” ujarnya.
Tanggapan Dari Spotify
Spotify telah membantah tuduhan bahwa mereka menciptakan lagu-lagu oleh artis palsu. Juru bicara perusahaan menyatakan bahwa meskipun mereka tidak menciptakan musik tersebut, mereka tidak menyangkal bahwa mereka menambahkan lagu-lagu tersebut ke dalam daftar putar mereka. Hal ini menciptakan keraguan tentang transparansi Spotify dalam praktik bisnisnya.
Meskipun CEO Spotify, Daniel Ek, pernah mengklaim bahwa biaya pembuatan konten mendekati nol, pernyataan ini menuai kritik tajam dari musisi dan penggemar musik. Banyak yang merasa bahwa komentar tersebut tidak mencerminkan realitas yang dihadapi oleh artis yang berjuang untuk hidup dari karya mereka.
Reaksi Dari Komunitas Musik
Setelah laporan ini terungkap, reaksi dari komunitas musik sangat beragam. Banyak musisi dan penggemar mengungkapkan kekhawatiran mereka melalui media sosial, menuntut agar Spotify lebih transparan mengenai praktik mereka. Mereka menekankan pentingnya mendukung artis yang sebenarnya dan menghargai karya yang mereka hasilkan.
Pada kuartal pertama 2024, Spotify melaporkan peningkatan jumlah pelanggan premium sebesar 14 persen. Namun, keberhasilan finansial ini tidak mengurangi ketidakpuasan di kalangan musisi yang merasa diabaikan. Praktik penggunaan artis hantu ini, meskipun menguntungkan bagi perusahaan, dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan dari para artis dan pendengar.
Praktik penggunaan “artis hantu” oleh Spotify untuk meminimalkan biaya royalti adalah isu yang kompleks dan kontroversial. Meskipun dapat meningkatkan margin keuntungan perusahaan, dampaknya terhadap musisi asli sangat merugikan. Dalam dunia yang semakin bergantung pada streaming, penting bagi platform seperti Spotify untuk berkomitmen pada transparansi dan keadilan bagi para kreator musik. Hanya dengan demikian, mereka dapat memastikan keberlanjutan industri musik yang sehat dan berkelanjutan.