Travel – Pulau Kunti yang terletak di kawasan Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, kini resmi ditutup untuk manusia. Keputusan ini diambil untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah kerusakan yang lebih parah akibat aktivitas manusia.
Alasan Penutupan Pulau Kunti
1. Aktivitas Ilegal
Salah satu alasan utama penutupan Pulau Kunti adalah maraknya aktivitas ilegal di kawasan tersebut. Menurut Kepala Resor Cikepuh, Iwan Setiawan, banyak pedagang ilegal dan perambahan lahan yang berlangsung di pulau ini. Kebun singkong dan kebun pisang yang tumbuh di area yang seharusnya dilindungi menunjukkan bahwa kondisi lingkungan semakin memburuk.
2. Kawasan Konservasi
Pulau Kunti merupakan bagian dari kawasan konservasi yang dilindungi oleh undang-undang. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya, setiap kegiatan di kawasan ini seharusnya dilarang. Penutupan ini bertujuan untuk memulihkan ekosistem yang rusak dan melindungi flora serta fauna yang ada.
3. Revalidasi UNESCO
Kawasan Geopark Ciletuh, termasuk Pulau Kunti, akan menjalani revalidasi oleh tim asesor UNESCO pada akhir tahun 2024. Jika kondisi kawasan tidak terjaga dengan baik, ada risiko kehilangan status geopark yang telah diperoleh. Hal ini menjadi motivasi tambahan untuk menutup pulau tersebut demi menjaga standar konservasi yang ditetapkan.
Sekilas Tentang Pulau Kunti
Pulau ini adalah salah satu pulau kecil yang indah di kawasan Geopark Ciletuh. Dikenal dengan pemandangan alamnya yang menakjubkan, pulau ini memiliki pasir putih dan formasi karang yang berasal dari lava gunung api. Pulau ini terletak di ujung semenanjung area Gunung Badak, dalam kawasan Hutan Suaka Margasatwa Cikepuh.
Sejarah dan Nama Pulau Kunti
Nama “Pulau Kunti” berasal dari cerita rakyat yang mengatakan bahwa suara tawa kuntilanak, sosok makhluk halus, dapat terdengar di pulau tersebut. Suara ini sebenarnya merupakan fenomena alam yang dihasilkan oleh gelombang laut yang menghantam batuan.
Formasi Geologi
Pulau ini terbentuk dari sedimen Batuan Melan yang berusia antara 55 hingga 65 juta tahun. Batuan ini memiliki fosil unik yang menjadi daya tarik bagi para peneliti dan wisatawan. Fenomena suara yang terdengar di pulau ini disebabkan oleh gelombang laut yang berinteraksi dengan struktur batuan, menciptakan gema yang mirip dengan tawa.
Dampak Penutupan Bagi Wisatawan
Kunjungan Terbatas
Meskipun Pulau Kunti ditutup untuk aktivitas manusia, kunjungan masih diperbolehkan tetapi hanya dari jarak jauh. Wisatawan dapat menikmati pemandangan pulau dari perahu wisata tanpa mendarat di pulau tersebut. Hal ini diharapkan dapat menjaga keindahan alam sambil tetap memberikan pengalaman bagi pengunjung.
Harapan untuk Konservasi
Penutupan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan mengurangi aktivitas manusia, diharapkan ekosistem Pulau Kunti dapat pulih dan kembali ke kondisi semula. Ini juga akan mendukung upaya konservasi yang lebih luas di kawasan Geopark Ciletuh.
Pulau ini yang terletak di kawasan Geopark Ciletuh kini ditutup untuk aktivitas manusia dengan alasan perlindungan lingkungan dan konservasi. Penutupan ini merupakan langkah penting untuk memulihkan ekosistem yang telah rusak akibat aktivitas ilegal dan perambahan lahan. Dengan harapan dapat menjaga keindahan alam dan nilai konservasi, Pulau ini diharapkan dapat kembali menjadi tempat yang aman bagi flora dan fauna serta memberikan manfaat bagi masyarakat dan wisatawan di masa depan.