Kesehatan

Pria 28 Tahun di Simalungun Berjuang Melawan Kanker Rektum Stadium 3B

Potret Ary Sinaga, Penyintas Kanker - Tiktok
Potret Ary Sinaga, Penyintas Kanker - Tiktok

Berita Kesehatan – Kanker adalah salah satu penyakit yang paling menakutkan dan sering kali terdiagnosis pada tahap lanjut. Seorang pria berusia 28 tahun, Fourten Ary Admaja Sinaga, dari Tiga Dolok, Simalungun, Sumatera Utara, kini berjuang melawan kanker rektum stadium 3B. Kisahnya dimulai pada tahun 2020 ketika ia mengalami gejala yang tampaknya sepele namun berujung pada diagnosis yang mengubah hidupnya.

Awal Gejala dan Diagnosis

Setelah dua minggu menikah, Ary mulai mengalami masalah saat buang air besar (BAB). Istrinya, Desika Sitorus, menceritakan bahwa Ary mengalami BAB yang disertai dengan darah dan cairan kuning. “Feses suami keluar sedikit-sedikit tapi terus disertai darah dan cairan kuning menempel di fesesnya. Lama-kelamaan, fesesnya keluar tanpa tertahan,” ungkap Desika. Gejala ini membuat Ary tidak nyaman dan harus menggunakan pampers sambil bekerja.

Pola makan Ary tetap normal, namun berat badannya menurun drastis dari 72 kg menjadi 40 kg. Melihat kondisi suaminya yang semakin memburuk, Desika dan Ary memutuskan untuk pergi ke rumah sakit di Merauke, Papua.

“Dibiopsi dan menunggu hasil sebulan. Ternyata tumor ganas di rektum,” jelas Desika. Karena keterbatasan pengobatan di Merauke, dokter menyarankan mereka untuk merujuk ke rumah sakit yang lebih besar di kota.

Perjalanan Pengobatan yang Panjang

Setelah dirujuk ke Medan, mereka kembali ke kampung halaman di Tiga Dolok pada tahun 2021. Desika menjelaskan bahwa suaminya sempat mencoba pengobatan tradisional, namun tidak membuahkan hasil. Ary kemudian dilarikan ke IGD Rumah Sakit Harapan di Siantar dan dirujuk ke Rumah Sakit Mitra Sejati, di mana ia menjalani operasi besar untuk pembuatan stoma serta biopsi ulang.

Setelah sebulan, Ary kembali dirujuk ke RSUP Adam Malik di Medan untuk memulai kemoterapi. “Ary menjalani kemoterapi sebanyak delapan siklus dalam rentang enam bulan,” lanjut Desika. Namun, tumor ganas tersebut masih belum bisa diangkat, dan pengobatan dilanjutkan dengan regimen kedua selama enam bulan dengan hasil yang tetap tidak memuaskan.

Kemoterapi kemudian dilanjutkan dengan radioterapi sebanyak 25 kali, namun tumor masih tidak dapat diangkat. Desika melanjutkan, “Ary juga menjalani kemoterapi oral sebanyak 24 siklus, tetapi hasilnya tetap tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan.”

Kondisi Kesehatan yang Menurun

Pada awal tahun 2024, kondisi Ary semakin memburuk. Dia mengalami masalah tambahan, termasuk batu ginjal dan TBC. Setelah menjalani operasi pada bulan Juli 2024, batu ginjal yang diangkat ternyata telah menyebar hingga ke kandung kemih, dan TBC juga telah menyebar ke paru-paru.

“Dari situ, keadaan suami semakin memburuk, dan dia tidak bisa lagi bekerja sebagai pengemudi ojek daring,” kata Desika. Kini, Ary mengalami kesakitan yang parah, sulit berjalan, dan tidak mau makan.

Desika menjelaskan bahwa kanker rektum yang diderita suaminya mungkin disebabkan oleh faktor genetik. Ayah Ary juga pernah mengidap kanker lambung dan meninggal dunia. “Kami sangat berharap ada keajaiban agar suami bisa sembuh,” ungkap Desika dengan penuh harapan.

Pentingnya Deteksi Dini Kanker

Kisah Ary mengingatkan kita akan pentingnya deteksi dini dalam pengobatan kanker. Gejala seperti BAB berdarah seharusnya tidak diabaikan, dan sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Banyak orang yang merasa malu atau ragu untuk membicarakan masalah kesehatan yang bersifat pribadi, padahal informasi dan penanganan yang cepat dapat menyelamatkan nyawa.

Pemeriksaan rutin dan kesadaran akan gejala kanker dapat memberikan peluang lebih besar untuk keberhasilan pengobatan. Dalam banyak kasus, kanker rektum dapat diobati dengan baik jika terdeteksi pada tahap awal.

Dukungan dan Harapan Keluarga

Desika berharap agar masyarakat lebih sadar akan risiko kanker dan pentingnya pemeriksaan kesehatan. “Kami ingin berbagi cerita ini agar orang lain tidak mengalami hal yang sama,” ujarnya. Dukungan dari keluarga dan teman sangat penting dalam menghadapi penyakit ini. Ary dan Desika berusaha untuk tetap positif meskipun dalam keadaan yang sulit.

Pengalaman Ary menunjukkan bahwa meskipun perjalanan pengobatan kanker sangat panjang dan melelahkan, harapan untuk sembuh selalu ada. Keluarga dan orang terdekat menjadi sumber kekuatan yang tak ternilai.

Kisah Fourten Ary Admaja Sinaga adalah pengingat akan pentingnya deteksi dini dan penanganan kanker. Masyarakat perlu lebih sadar akan gejala yang mungkin timbul dan tidak ragu untuk mencari bantuan medis. Dengan dukungan yang tepat dan pengobatan yang efektif, diharapkan lebih banyak pasien kanker dapat berjuang dan sembuh dari penyakit yang mematikan ini.

Keluarga Ary, meskipun menghadapi tantangan besar, tetap berjuang untuk masa depan yang lebih baik. Semoga kisah ini menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan diri.

Exit mobile version