Berita Jakarta – Dalam kasus yang mengkhawatirkan yang menyoroti meningkatnya ancaman kejahatan siber yang didorong oleh AI, polisi Indonesia telah menangkap tiga individu yang diduga bertanggung jawab atas pembuatan dan penyebaran video deepfake yang meniru Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Para tersangka menggunakan video palsu tersebut untuk menjalankan skema penipuan sepeda motor, yang mengakibatkan sekitar 100 korban dan kerugian finansial yang signifikan.
Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) mengumumkan penangkapan tersebut pada hari Selasa, 29 April 2025, mengidentifikasi para tersangka sebagai HMP (22), AH (34), dan UP (24), yang semuanya berasal dari Pangandaran, Jawa Barat. Kasus ini bermula dari laporan yang diajukan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur (Kominfo Jatim) pada 14 April 2025, yang menimbulkan kekhawatiran tentang penyalahgunaan citra Gubernur Khofifah dalam konten online yang menipu.
“Kami menerima laporan polisi mengenai dugaan pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan terkait dengan manipulasi di wilayah hukum Polda Jatim,” kata Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Nanang Avianto saat konferensi pers di markas Polda Jatim, seperti yang dilaporkan oleh DetikJatim pada hari Senin (28/4/2025).
Penipuan Sepeda Motor Deepfake
Modus operandi yang digunakan adalah dengan membuat video deepfake Gubernur Khofifah yang seolah-olah menawarkan sepeda motor dengan harga yang sangat murah, yaitu Rp 500.000. Video-video ini kemudian disebarkan di platform media sosial, terutama TikTok, yang memikat individu yang tidak curiga dengan janji harga murah.
Menurut Kombes Bagoes Wibisono, Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirressiber) Polda Jatim, video tersebut menyertakan nomor kontak WhatsApp, yang konon untuk “admin” yang dapat memfasilitasi pembelian sepeda motor. Ini adalah elemen penting dalam menjebak calon korban.
“Sesuai dengan unggahan, dicantumkan WA admin (untuk menjebak calon korban),” jelas Kombes Bagoes.
Bagaimana Para Korban Tertipu
Skema ini terbukti sangat efektif, dengan sekitar 100 orang menjadi korban penipuan deepfake tersebut. Para korban yang menghubungi nomor WhatsApp yang diberikan kemudian dihubungi oleh tersangka AH, yang bertindak sebagai “admin.” Tersangka UP mengelola akun TikTok yang digunakan untuk menyebarkan video palsu tersebut.
Para tersangka dengan terampil memandu calon korban melalui serangkaian interaksi yang menipu, yang pada akhirnya meyakinkan mereka untuk mentransfer uang sebagai bagian dari proses pembelian sepeda motor. Para korban, yang percaya bahwa mereka berurusan dengan tawaran yang sah yang didukung oleh Gubernur Khofifah, dengan sukarela menurutinya.
Tiga Bulan Melakukan Penipuan
Penyelidikan mengungkapkan bahwa para tersangka telah aktif menjalankan penipuan deepfake selama sekitar tiga bulan, mengumpulkan keuntungan terlarang yang substansial. Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur (Kominfo Jatim) mengambil tindakan cepat dengan melaporkan kegiatan penipuan tersebut ke Polda Jatim, yang memicu penyelidikan polisi menyeluruh yang dipimpin oleh AKBP Nandu Dyanata, Kepala Subdirektorat II Siber Ditressiber Polda Jatim.
Meningkatnya Ancaman Teknologi Deepfake
Kasus ini menggarisbawahi meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh teknologi deepfake. Deepfake, yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat video yang sangat realistis tetapi sepenuhnya palsu, menjadi semakin canggih dan mudah diakses. Hal ini memudahkan pelaku jahat untuk menyebarkan informasi yang salah, merusak reputasi, dan melakukan penipuan.
Penipuan deepfake Khofifah bukanlah insiden yang terisolasi. Lembaga penegak hukum di seluruh dunia bergulat dengan meningkatnya kejahatan terkait deepfake, mulai dari penipuan keuangan hingga kampanye disinformasi politik.
Kasus Deepfake Sebelumnya di Indonesia
Insiden ini mengikuti kasus sebelumnya di mana teknologi deepfake digunakan untuk meniru calon presiden Indonesia Prabowo Subianto. Dalam kasus itu, Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri menyerahkan berkas perkara dua tersangka ke kejaksaan.
Meningkatnya prevalensi deepfake menyoroti perlunya kesadaran publik yang lebih besar dan kerangka hukum yang kuat untuk memerangi bentuk kejahatan siber yang baru muncul ini.
Konsekuensi Hukum
Para tersangka dalam kasus deepfake Khofifah menghadapi tuntutan serius berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Indonesia, yang membawa hukuman berat untuk pembuatan dan penyebaran informasi palsu atau menyesatkan yang menyebabkan kerugian bagi orang lain.
Ajakan Bertindak: Tetap Aman dari Penipuan Deepfake
Penipuan deepfake Khofifah berfungsi sebagai pengingat yang jelas tentang pentingnya kewaspadaan online. Berikut adalah beberapa tips untuk melindungi diri Anda agar tidak menjadi korban penipuan deepfake:
- Skeptis terhadap tawaran online yang tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Jika sebuah tawaran tampak sangat murah atau terlalu menarik, kemungkinan besar itu adalah penipuan.
- Verifikasi keaslian konten online. Sebelum mempercayai atau membagikan video atau gambar, periksa sumbernya dan cari tanda-tanda manipulasi.
- Waspadai pesan atau permintaan uang yang tidak diminta. Jangan pernah mengirim uang kepada seseorang yang belum pernah Anda temui secara langsung atau yang identitasnya tidak dapat Anda verifikasi.
- Laporkan aktivitas mencurigakan kepada pihak berwenang. Jika Anda menemukan video deepfake atau bentuk penipuan online lainnya, laporkan ke polisi atau lembaga pemerintah terkait.
- Edukasi diri Anda tentang teknologi deepfake. Memahami bagaimana deepfake dibuat dan digunakan dapat membantu Anda mengidentifikasinya dengan lebih baik.
Hoegeng Awards 2025
Di tengah tantangan yang ditimbulkan oleh kejahatan siber, penting untuk mengakui dan merayakan dedikasi dan integritas petugas penegak hukum yang bekerja tanpa lelah untuk melindungi masyarakat. Hoegeng Awards 2025, sebuah kolaborasi antara Detik.com dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, bertujuan untuk menghormati anggota polisi teladan yang mewujudkan nilai-nilai kejujuran, dedikasi, dan pengabdian kepada masyarakat. Baca kisah inspiratif dari kandidat polisi teladan [di sini](tautan ke Hoegeng Awards).\
Penipuan deepfake Khofifah adalah peringatan akan bahaya penipuan yang didukung oleh AI. Karena teknologi deepfake terus berkembang, penting bagi individu, bisnis, dan pemerintah untuk mengambil langkah proaktif untuk mengurangi risiko dan melindungi diri dari menjadi korban. Peningkatan kesadaran, kerangka hukum yang kuat, dan solusi teknologi sangat penting untuk memerangi ancaman yang berkembang ini dan memastikan lingkungan online yang lebih aman. Tindakan cepat yang diambil oleh Polda Jatim dalam menangkap para tersangka dalam kasus ini menunjukkan komitmen untuk mengatasi kejahatan siber dan meminta pertanggungjawaban para pelaku.