Hiburan

Gugatan Hukum Mengancam Film Superman Terbaru: Apa yang Terjadi?

Penampakan Superman 2025 - The Hollywood Reporter
Penampakan Superman 2025 - The Hollywood Reporter

Berita Holywood Proyek terbaru Superman yang disutradarai oleh James Gunn kini berada dalam situasi yang tidak menentu setelah munculnya gugatan hukum dari Mark Peary, keponakan mendiang pencipta Superman, Joe Shuster. Gugatan ini berpotensi membatalkan hak cipta yang dimiliki oleh studio, yang dapat memengaruhi perilisan film yang sangat dinantikan ini.

Latar Belakang Gugatan Hukum

Gugatan tersebut diajukan pada bulan Januari 2025 dengan tujuan untuk membatalkan hak cipta yang dimiliki oleh Warner Bros. Discovery dan DC Comics atas karakter Superman. Mark Peary berargumen bahwa hak cipta tersebut harus dibatalkan berdasarkan hukum yang berlaku di Britania Raya. Jika gugatan ini berhasil, film terbaru Superman yang dibintangi David Corenswet dalam kostum merah-biru tersebut mungkin tidak akan pernah dirilis.

Menurut laporan dari Variety, Warner Bros. telah mengambil langkah untuk menanggapi gugatan ini dengan mengajukan mosi untuk membatalkan klaim yang diajukan oleh Peary. Mereka beralasan bahwa masalah ini telah disidangkan sebelumnya dan seharusnya tidak lagi diperdebatkan.

Kedudukan Hukum yang Rumit

Dalam mosi penolakan yang diajukan pada 5 Maret 2025, pihak studio menyatakan bahwa pengadilan telah berulang kali menolak klaim yang diajukan oleh Peary, mengacu pada fakta bahwa ibunya, Jean Peavy, telah melepaskan semua hak atas karakter Superman setelah kematian Joe Shuster pada tahun 1992.

“Gugatan Mark Peary telah gagal beberapa kali di pengadilan sebelumnya,” ujar Daniel Petrocelli, kuasa hukum DCU. Dia menambahkan bahwa upaya Peary untuk mengklaim hak cipta tidak memiliki dasar hukum yang kuat.

Argumen dari Pihak Peary

Di sisi lain, pengacara Mark Peary, Marc Toberoff, berpendapat bahwa pengalihan hak cipta otomatis berakhir 25 tahun setelah kematian penulis, dalam hal ini Joe Shuster. Ia mengajukan gugatan di pengadilan federal di New York dengan alasan bahwa pengadilan AS memiliki yurisdiksi atas sengketa ini karena AS adalah penanda tangan Konvensi Berne, yang melindungi hasil karya dan hak cipta seorang penulis atau seniman.

Petrocelli membantah bahwa Konvensi Berne tidak dapat diterapkan di pengadilan AS untuk kasus ini. Ia menekankan bahwa semua klaim terkait hak cipta dari Shuster telah ditolak oleh hakim federal sebelumnya, dan keputusan tersebut diperkuat oleh Pengadilan Banding Sirkuit ke-9 pada tahun 2013.

Sejarah Sengketa Hak Cipta Superman

Sengketa hukum mengenai hak cipta Superman sudah berlangsung cukup lama sejak Shuster dan Jerome Siegel pertama kali menyerahkan hak atas karakter ini kepada DC Comics pada tahun 1938 dengan imbalan sebesar USD 130. Sejak saat itu, berbagai pihak, termasuk ahli waris Shuster, telah berusaha untuk mendapatkan kembali hak atas karakter ikonik ini.

Setelah Joe Shuster meninggal, keluarganya meminta DC Comics untuk meningkatkan pembayaran kepada ahli waris yang masih hidup. DC Comics sepakat untuk menaikkan pembayaran tahunan dari USD 5 ribu menjadi USD 25 ribu per tahun selama sisa hidupnya, dan perjanjian ini dinyatakan menyelesaikan semua klaim mengenai hak cipta dan merek dagang Shuster.

Pada tahun 2013, Pengadilan Banding ke-9 menemukan bahwa kesepakatan tersebut menghalangi upaya pihak Shuster untuk membatalkan hak cipta, tetapi Toberoff bersikeras bahwa keputusan itu hanya berlaku untuk hukum hak cipta di AS dan tidak mempertimbangkan hak Peary di negara lain.

Dampak Gugatan terhadap Film Superman

Jika gugatan ini diterima oleh pengadilan, dampaknya bisa sangat signifikan bagi proyek Superman yang sedang dikerjakan oleh James Gunn. Film ini telah menjadi perhatian publik, dan banyak penggemar yang menantikan perilisan pertamanya. Namun, ketidakpastian hukum ini bisa menghambat atau bahkan menggagalkan rencana tersebut.

Warner Bros. diharapkan untuk menanggapi gugatan tersebut paling lambat pada 24 Maret 2025. Namun, studio telah mengambil langkah proaktif dengan mengajukan mosi untuk membatalkan gugatan tersebut hampir tiga minggu lebih awal.

Kesimpulan

Gugatan hukum yang dihadapi Warner Bros. dan DC Comics terkait karakter Superman menghadirkan tantangan besar bagi proyek film terbaru yang dipimpin oleh James Gunn. Dengan sejarah panjang sengketa hak cipta dan klaim yang saling bertentangan, masa depan film ini tetap tidak pasti.

Penggemar dan pihak studio akan menantikan keputusan hukum selanjutnya, yang dapat menentukan apakah Superman akan terbang tinggi di layar lebar atau terjebak dalam labirin hukum yang rumit. Sementara itu, perhatian publik terhadap isu ini menunjukkan betapa pentingnya karakter Superman dalam budaya populer, serta kompleksitas yang menyertainya dalam hal hak cipta dan kepemilikan intelektual.

Exit mobile version