Berita Terkini – Kota Medan kembali dibuat heboh dengan insiden yang melibatkan seorang dokter muda berinisial F, yang diduga menganiaya seorang penjual roti bakar, Fitra Samosir (26). Peristiwa ini terjadi pada 19 Desember 2024 dan menjadi viral setelah rekaman CCTV kejadian tersebut tersebar di media sosial. Berikut Kita akan mengupas secara mendalam penyebab, dampak, dan reaksi yang ditimbulkan dari insiden ini, serta langkah-langkah yang diambil oleh pihak berwenang.
Kronologi Kejadian
Insiden di Jalan Perintis Kemerdekaan
Menurut laporan, kejadian ini bermula saat dokter muda tersebut membeli roti bakar rasa cokelat keju di tempat Fitra. Pada malam harinya, dokter F kembali ke lokasi dan tiba-tiba melemparkan dua potong roti sisa yang dibelinya kepada Fitra. Tanpa memberikan penjelasan, ia kemudian melakukan tindakan kekerasan dengan menjambak dan memukul penjual roti tersebut.
Video yang Viral
Rekaman CCTV menunjukkan momen ketika dokter muda tersebut menyerang Fitra. Dalam video tersebut, terlihat dokter itu melemparkan roti, lalu menghadapi Fitra dengan agresif. Cekcok mulut terjadi sebelum fisik serangan dilancarkan, menandakan ketidakpuasan yang mendalam terhadap kualitas layanan yang diberikan.
Penyebab Emosi Berlebihan
Masalah Topping Roti
Motif dari tindakan kekerasan ini diduga terkait dengan masalah topping roti yang dianggap terlalu sedikit oleh dokter muda tersebut. Fitra menjelaskan bahwa setelah kejadian, dokter tersebut mengungkapkan ketidakpuasannya mengenai jumlah topping yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa emosi yang tidak terkendali dapat memicu perilaku agresif, bahkan dalam situasi yang sepele.
Pengalaman Sebelumnya
Menariknya, dokter muda ini juga diketahui pernah terlibat dalam insiden di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, di mana ia sempat viral karena cekcok dengan pengunjung. Hal ini menambah daftar perilaku emosional yang menunjukkan bahwa masalah kontrol emosi mungkin menjadi isu yang lebih besar bagi individu ini.
Dampak Insiden
Terhadap Korban
Fitra Samosir mengalami luka fisik akibat penganiayaan tersebut, termasuk memar di bagian wajah dan tangan. Ia juga mengaku mengalami trauma psikologis akibat serangan tersebut. Selain itu, Fitra telah membuat laporan resmi ke Polrestabes Medan dan mendapatkan visum untuk keperluan hukum.
Terhadap Masyarakat
Insiden ini memicu reaksi negatif dari masyarakat, yang menganggap tindakan dokter muda tersebut tidak dapat diterima. Banyak yang berpendapat bahwa profesional kesehatan seharusnya menjadi teladan dalam perilaku dan etika, bukan contoh tindakan kekerasan.
Tanggapan Pihak Berwenang
Kapolrestabes Medan, Kombes Gidion Arif Setyawan, menyatakan bahwa pihak kepolisian sedang melakukan penyelidikan atas laporan yang diterima. Ia juga menekankan pentingnya bijak dalam berperilaku di ruang publik dan berkomitmen untuk menuntaskan proses hukum terkait kasus ini.
Upaya Hukum
Laporan Polisi
Fitra telah melaporkan insiden ini ke Polrestabes Medan dengan nomor laporan STTLP/B/3609/XII/2024/SPKT. Proses hukum ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa tindakan kekerasan tidak dibiarkan begitu saja dan pelakunya mendapatkan konsekuensi yang sesuai.
Proses Penyidikan
Pihak kepolisian telah melakukan visum terhadap korban dan mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi yang ada. Kombes Gidion menyatakan bahwa pihaknya akan menyelidiki lebih lanjut untuk memastikan kebenaran informasi dan mencari keadilan bagi korban.
Insiden penganiayaan oleh dokter muda di Medan menunjukkan betapa pentingnya kontrol emosi dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan kekerasan, meskipun dipicu oleh masalah sepele, dapat berakibat serius dan merugikan banyak pihak. Masyarakat dan pihak berwenang diharapkan dapat bekerja sama untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
