Berita – Perang di Ukraina terus memakan korban jiwa, dan kini terungkap bahwa ratusan tentara Korea Utara (Korut) termasuk di antara mereka yang tewas dalam konflik tersebut. Informasi ini diungkapkan oleh seorang anggota parlemen Korea Selatan (Korsel), Lee Seong Kweun, yang juga merupakan bagian dari komite intelijen parlemen. Menurutnya, sekitar 600 tentara Korut dilaporkan tewas dan ribuan lainnya mengalami luka-luka saat bertempur di Ukraina, membantu pasukan Rusia.
Pengungkapan ini menjadi sorotan tajam, mengingat Pyongyang sebelumnya telah mengonfirmasi secara resmi pengerahan pasukannya untuk membantu Moskow dalam perang melawan Kyiv. Konfirmasi ini sekaligus memvalidasi tuduhan yang telah lama beredar mengenai keterlibatan Korut dalam konflik tersebut.
“Sejauh ini, jumlah tentara Korea Utara yang menjadi korban diperkirakan mencapai sekitar 4.700 personel, termasuk sekitar 600 kematian,” kata Lee kepada wartawan setelah menerima pengarahan dari badan intelijen Korsel. Pernyataan ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang skala keterlibatan Korut dan konsekuensi yang harus ditanggungnya.
Konfirmasi dan Bukti Keterlibatan Korut
Korut pertama kali mengakui keterlibatannya pada Senin (28/4), melalui kantor berita Korean Central News Agency (KCNA). Laporan tersebut menyatakan bahwa tentara Pyongyang membantu Moskow merebut kembali wilayah yang dikuasai pasukan Ukraina di wilayah perbatasan Kursk. Pengakuan ini mengakhiri spekulasi dan memberikan kepastian mengenai peran aktif Korut dalam konflik tersebut.
Sebelumnya, Korsel dan Amerika Serikat (AS) telah menuduh Pyongyang mengirimkan lebih banyak pasukan dan senjata untuk membantu Moskow. Otoritas Rusia sendiri sempat bungkam selama berbulan-bulan, sebelum akhirnya mengonfirmasi partisipasi Korut.
Kondisi Tentara Korut yang Kembali
Lee juga mengungkapkan bahwa sekitar 2.000 tentara telah dipulangkan ke Korut tahun ini. Namun, setibanya di Pyongyang, mereka dilaporkan ditahan dalam isolasi di berbagai lokasi di negara tersebut. Alasan penahanan ini belum diketahui secara pasti, namun spekulasi menyebutkan bahwa hal ini terkait dengan upaya untuk mengendalikan informasi dan mencegah penyebaran berita negatif tentang perang.
Lebih lanjut, Lee mengatakan bahwa jenazah tentara yang gugur dikremasi secara lokal di Kursk sebelum dibawa kembali ke Korut. Praktik ini mungkin dilakukan untuk mempercepat proses pemulangan dan mengurangi risiko penyebaran penyakit.
Dukungan Korut dalam Perebutan Kembali Kursk
Menurut Lee, Korut “mendukung perebutan kembali Kursk oleh Rusia dengan mengerahkan 18.000 tentara dalam dua tahap.” Jumlah pasukan yang signifikan ini menunjukkan komitmen Korut untuk membantu Rusia mencapai tujuannya di wilayah tersebut. Namun, Lee juga mencatat bahwa jumlah bentrokan di area Kursk telah menurun sejak Maret lalu, yang mungkin mengindikasikan perubahan strategi atau penurunan intensitas pertempuran.
Pelanggaran dan Dampak Negatif
Selain itu, terdapat laporan mengenai “pelanggaran oleh pasukan Korea Utara, termasuk minum berlebihan dan pencurian.” Perilaku ini tentu saja mencoreng citra militer Korut dan dapat menimbulkan ketegangan dengan pasukan Rusia dan penduduk setempat.
Kecaman Internasional dan Implikasi Lebih Lanjut
Korsel telah berulang kali mengecam pengerahan pasukan dan mengkritik Korut karena mengirimkan kontainer berisi senjata, termasuk rudal, untuk membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina. Seoul menuduh Pyongyang menerima dukungan teknis yang signifikan dari Moskow sebagai imbalannya. Tuduhan ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi transfer teknologi militer yang dapat meningkatkan kemampuan Korut dan mengganggu stabilitas regional.
Keterlibatan Korut dalam perang Ukraina memiliki implikasi yang luas. Selain memperburuk konflik yang sudah berlangsung, hal ini juga meningkatkan ketegangan antara Korut dan Korsel, serta antara Korut dan AS. Kecaman internasional terhadap tindakan Korut dapat menyebabkan isolasi lebih lanjut dan sanksi ekonomi yang lebih ketat.
Pengungkapan mengenai ratusan tentara Korea Utara yang tewas dalam perang Ukraina memberikan gambaran yang lebih jelas tentang keterlibatan Pyongyang dalam konflik tersebut. Bantuan militer Korut kepada Rusia, meskipun memberikan keuntungan taktis di medan perang, juga membawa konsekuensi yang signifikan bagi Korut sendiri. Kecaman internasional, potensi sanksi ekonomi, dan risiko destabilisasi regional adalah beberapa tantangan yang harus dihadapi Korut akibat tindakannya.
