Yahya Sinwar, pemimpin Hamas yang mengejutkan Israel dan dunia sebagai arsitek pembantaian dan penyanderaan tahun 2023. Yang memicu perang Gaza yang menghancurkan dan menjadikannya target utama Israel. Di bunuh oleh militer Israel pada 16 Oktober di wilayah selatan, Gaza. Dia berusia 61 tahun.
Sebuah pernyataan dari milier Israel mengatakan Yahya Sinwar terbunuh dalam operasi yang di luncurkan setelah laporan intelijen mengidentifikasi. Dugaan lokasi tokoh senior Hamas, Pernyataan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut, Hamas tidak segera mengkonfirmasi kematiannya.
Yahya Sinwar di pandang sebagai perencana utama serangan brutal pada 7 Oktober 2023, ketika pejuang Hamas menerobos pagar keamanan yang mengelilingi Gaza, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.
Militer Israel menggambarkan Yahya Sinwar sebagai “orang mati yang berjalan” dan menjelajahi terowongan Gaza untuk mencari tanda-tanda keberadaannya. Di tengah kampanye udara dan darat yang melemahkan, yang menewaskan puluhan ribu orang dan mengubah sebagian Gaza menjadi tanah terlantar. Jumlah korban tewas yang di keluarkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza tidak membedakan antara pejuang dan lainnya, namun banyak pemerintah Barat. Dan kelompok kemanusiaan mengatakan mayoritas korban adalah warga sipil.
Israel Menawarkan Hadiah
Israel menawarkan hadiah $400.000 untuk informasi tentang keberadaan Yahya Sinwar. Namun selama lebih dari setahun, ia berhasil menghindari perburuan bahkan ketika pasukan Israel memperketat cengkeramannya di Gaza. Dan memperluas serangan terhadap musuh lainnya, Hizbullah di Lebanon. Hingga menewaskan pemimpin kelompok tersebut, Hasan Nasrallah.
Tidak jelas apa dampak kematian Sinwar terhadap perang dan masa depan Hamas. Namun para pejabat Israel mengatakan mereka tidak dapat menyelesaikan serangan mereka sampai Sinwar terbunuh atau ditangkap.
Pandangan Yahya Sinwar terbentuk dari pengalamannya selama 22 tahun di penjara Israel sejak tahun 1980an. Dan dari di dikan kerasnya di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza, kata para interogator, mantan teman penjara dan pakar Hamas. Bapak Yahya Sinwar menghabiskan waktunya di balik jeruji besi untuk mempelajari bahasa Ibrani. menonton televisi Israel dan membaca buku-buku tentang para pemimpin negara tersebut, mempelajari semua yang dia bisa tentang musuhnya.