Berita Internasional – Pada 19 Desember 2024, para barista Starbucks di Amerika Serikat melakukan aksi mogok kerja sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan upah dan kondisi kerja. Aksi ini mencerminkan ketidakpuasan yang meluas di kalangan pekerja di industri kopi, di mana mereka menuntut hak-hak yang lebih baik dan upah yang layak. Dalam artikel ini, kita akan membahas latar belakang mogok kerja ini, tuntutan para barista, serta dampaknya terhadap perusahaan dan industri secara keseluruhan.
Latar Belakang Mogok Kerja
Ketidakpuasan di Kalangan Barista
Mogok kerja ini berakar dari ketidakpuasan mendalam terhadap upah yang diterima oleh para barista. Meskipun Starbucks dikenal sebagai salah satu kafe terbesar dan paling sukses di dunia, banyak pekerjanya merasa bahwa mereka tidak mendapatkan imbalan yang sepadan dengan kerja keras mereka. Menurut laporan, lebih dari 10.000 pekerja Starbucks telah bergabung dalam serikat pekerja yang menuntut perbaikan kondisi kerja dan keadilan upah.
Fair Trade dan Keadilan Sosial
Salah satu isu utama yang diangkat adalah kontradiksi antara prinsip Fair Trade yang diterapkan dalam pengadaan biji kopi dan perlakuan terhadap pekerja. Fair Trade Agreement bertujuan untuk memberikan harga yang adil kepada petani kopi, tetapi para barista merasa bahwa mereka juga harus mendapatkan perlakuan yang sama. Pekerja menginginkan upah yang lebih tinggi dan kontrak kerja yang jelas sebagai bagian dari keadilan sosial di seluruh rantai pasokan.
Tuntutan Para Barista
Upah yang Layak
Tuntutan utama para barista adalah peningkatan upah. Mereka merasa bahwa upah yang diterima saat ini tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama di kawasan dengan biaya hidup yang tinggi. Para pekerja menginginkan upah yang lebih adil yang mencerminkan kontribusi mereka terhadap kesuksesan Starbucks.
Kontrak Kerja yang Jelas
Selain peningkatan upah, para barista juga menuntut adanya kontrak kerja yang jelas. Mereka merasa terancam dengan ketidakpastian kerja dan ingin perlindungan yang lebih baik dalam hal hak-hak kerja. Kontrak yang jelas akan memberikan kepastian bagi mereka mengenai tanggung jawab dan hak yang dimiliki sebagai karyawan.
Negosiasi yang Transparan
Para barista meminta agar proses negosiasi antara perusahaan dan serikat pekerja dilakukan secara transparan. Mereka menginginkan perusahaan untuk mendengarkan suara mereka dan mempertimbangkan tuntutan mereka secara serius. Sejak April, telah ada lebih dari delapan kali pertemuan negosiasi, namun hasilnya belum memuaskan.
Dampak Mogok Kerja
Penurunan Penjualan
Aksi mogok kerja ini berdampak signifikan terhadap penjualan Starbucks. Data menunjukkan bahwa pada 29 Oktober 2024, penjualan Starbucks mengalami penurunan sebesar 7% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini mencakup penjualan di Amerika Serikat yang turun sebesar 6%, dan di China yang turun hingga 14%. Keberhasilan mogok kerja ini menunjukkan betapa pentingnya peran para barista dalam operasional harian perusahaan.
Reaksi Manajemen Starbucks
Manajemen Starbucks, di bawah kepemimpinan CEO Brian Niccol, menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk mendengarkan keluhan pekerja. Namun, setelah mengubah kebijakan cuti orang tua, banyak pekerja merasa bahwa manajemen tidak cukup serius dalam menangani masalah yang mereka hadapi. Kebijakan sebelumnya memberikan cuti 18 minggu untuk melahirkan, tetapi kini dikurangi menjadi 6 minggu, yang dianggap tidak memadai oleh banyak pekerja.
Dampak Jangka Panjang
Mogok kerja ini tidak hanya berdampak pada penjualan jangka pendek tetapi juga dapat mempengaruhi citra dan reputasi Starbucks di mata publik. Banyak konsumen yang lebih sadar akan keadilan sosial dan hak-hak pekerja, sehingga tindakan mogok ini bisa mempengaruhi keputusan pembelian mereka di masa depan. Starbucks perlu mempertimbangkan kembali strategi mereka untuk menghadapi tantangan ini dan membangun hubungan yang lebih baik dengan pekerja mereka.
Aksi mogok kerja para barista Starbucks di Amerika Serikat adalah panggilan untuk keadilan dalam industri kopi. Dengan menuntut upah yang layak, kontrak kerja yang jelas, dan proses negosiasi yang transparan, para barista menunjukkan bahwa mereka berhak mendapatkan perlakuan yang adil. Dampak dari mogok kerja ini tidak hanya dirasakan oleh Starbucks tetapi juga memberikan pelajaran penting bagi industri lainnya tentang pentingnya mendengarkan suara pekerja dan memperjuangkan hak-hak mereka.